Adat pernikahan Bugis tidak hanya sekedar tradisi, melainkan sebuah rangkaian prosesi yang sarat akan nilai dan filosofi. Dalam masyarakat Bugis, pernikahan dianggap sebagai momen sakral yang menandai babak baru dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, setiap detail dari upacara pernikahan, termasuk mahar, harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan makna dan tujuannya.
Tahapan Adat Pernikahan Bugis
Mammanu’manu’
Tahap pertama dalam adat pernikahan Bugis adalah Mammanu’manu’, di mana orang tua dari calon mempelai pria mencari jodoh yang terbaik bagi anak mereka. Proses ini melibatkan penilaian berdasarkan sejumlah kriteria yang telah ditetapkan oleh adat.
Mappese-pese
Setelah calon mempelai wanita terpilih, tahap selanjutnya adalah Mappese-pese. Pada tahap ini, keluarga pria akan melakukan penyelidikan latar belakang calon mempelai wanita untuk memastikan bahwa ia sesuai untuk dipinang.
Massuro atau Madduta
Tahap ketiga adalah Massuro atau Madduta, yang merupakan proses lamaran. Keluarga pria akan mengirim perwakilan untuk membicarakan besaran jumlah uang panai (mahar) dan detail lainnya terkait pernikahan.
Mappettu Ada
Mappettu Ada adalah tahap di mana kedua belah pihak mendiskusikan segala keperluan pernikahan, termasuk tanggal pelaksanaan, mahar, dan uang belanja untuk pernikahan.
Filosofi Mahar dalam Adat Bugis
Dalam adat Bugis, mahar bukan hanya sekedar uang atau barang yang diberikan oleh pria kepada wanita. Mahar merupakan simbol dari strata sosial dan dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap wanita yang akan dinikahi. Besarnya mahar mencerminkan status sosial dan kebangsawanan dari calon mempelai wanita.
Tabel Mahar Adat Bugis
Tahap | Keterangan | Makna |
---|---|---|
Mammanu’manu’ | Pencarian calon mempelai wanita | Keseriusan niat menikah |
Mappese-pese | Penyelidikan latar belakang | Kepastian dan kesesuaian |
Massuro/Madduta | Lamaran dan negosiasi mahar | Kesepakatan dan kehormatan |
Mappettu Ada | Persiapan pernikahan | Kesiapan dan komitmen |
Kesimpulan
Adat pernikahan Bugis sangatlah unik dan penuh makna. Setiap tahapan memiliki tujuan yang mendalam dan mencerminkan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun. Mahar dalam konteks adat Bugis bukan hanya sejumlah uang, melainkan lambang dari penghargaan dan status sosial yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Bugis.