Melarikan Istri dalam Pernikahan Adat Bali

Ridho Dwi Febriyan

Pernikahan adat Bali, yang dikenal dengan istilah Pawiwahan, merupakan salah satu upacara sakral yang mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi Hindu di Bali. Salah satu bentuk pernikahan yang unik dalam adat Bali adalah Ngerorod atau yang lebih dikenal dengan istilah kawin lari. Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang tradisi melarikan istri dalam konteks pernikahan adat Bali.

Pengertian Ngerorod

Ngerorod adalah bentuk pernikahan adat Bali yang tidak didasarkan atas lamaran orang tua tetapi berdasarkan kemauan kedua pihak yang bersangkutan karena tidak mendapat persetujuan dari orang tua laki-laki atau perempuan.

Latar Belakang Ngerorod

Ngerorod sering terjadi karena adanya hambatan dari keluarga yang tidak menyetujui hubungan kedua belah pihak. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti perbedaan kasta, status sosial, atau faktor ekonomi.

Prosesi Ngerorod

Prosesi ngerorod dimulai dengan kaburnya calon pengantin wanita bersama calon pengantin pria tanpa sepengetahuan orang tua. Setelah itu, mereka akan melangsungkan pernikahan secara simbolis di tempat yang telah mereka tentukan.

Dampak Sosial dan Hukum Adat

Melarikan istri memiliki konsekuensi sosial dan hukum adat yang signifikan. Pasangan yang melakukan ngerorod harus siap menghadapi tantangan dan perubahan status sosial dalam masyarakat.

Reaksi Masyarakat

Masyarakat Bali pada umumnya memiliki pandangan yang beragam terhadap ngerorod. Beberapa menerima dengan pemahaman bahwa cinta tidak mengenal batas, sementara yang lain menganggapnya sebagai tindakan yang kurang terhormat.

Penyelesaian Menurut Hukum Adat

Setelah ngerorod, pasangan biasanya akan kembali ke desa dan meminta maaf kepada keluarga serta masyarakat. Upacara adat tertentu akan dilaksanakan sebagai bentuk penebusan dan pemulihan hubungan sosial.

BACA JUGA  Pernikahan Artis dengan Akad dan Resepsi yang Beda Budaya

Tabel Informasi Ngerorod

Aspek Keterangan
Definisi Pernikahan yang dilakukan tanpa persetujuan orang tua.
Latar Belakang Perbedaan kasta, status sosial, faktor ekonomi.
Prosesi Kabur dan menikah secara simbolis di tempat tersembunyi.
Dampak Sosial Perubahan status sosial, reaksi beragam dari masyarakat.
Penyelesaian Adat Upacara adat untuk penebusan dan pemulihan hubungan.

Kesimpulan

Tradisi ngerorod dalam pernikahan adat Bali adalah manifestasi dari kompleksitas hubungan sosial dan budaya di Bali. Meskipun dianggap kontroversial oleh sebagian, ngerorod tetap bertahan sebagai bagian dari dinamika sosial yang ada di Pulau Dewata. Pernikahan jenis ini menunjukkan bahwa cinta dan keinginan untuk bersama terkadang harus menghadapi hambatan sosial dan budaya yang mendalam.

: Mengenal Sistem dan prosesi Pernikahan Adat Bali atau Pawiwahan

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer