Upacara Midodareni dalam Adat Pernikahan Surakarta

Ridho Dwi Febriyan

Upacara Midodareni merupakan salah satu rangkaian sakral dalam adat pernikahan Jawa, khususnya di Surakarta, yang penuh dengan simbolisme dan filosofi mendalam. Upacara ini diadakan pada malam sebelum pernikahan dan memiliki makna yang sangat penting dalam menyambut hari bahagia kedua mempelai.

Pengertian dan Asal-Usul Midodareni

Midodareni berasal dari kata Jawa "widodari" yang berarti bidadari. Tradisi ini memiliki akar cerita rakyat Jawa tentang Jaka Tarub dan Nawang Wulan, di mana Nawang Wulan yang merupakan bidadari turun ke bumi dan menikah dengan Jaka Tarub. Menurut kepercayaan, pada malam sebelum pernikahan, bidadari turun ke bumi untuk memberikan wejangan kepada calon pengantin wanita.

Filosofi

Filosofi Midodareni sangat kaya, menggambarkan transisi seorang wanita dari masa lajang menuju kehidupan baru sebagai istri. Upacara ini dianggap sebagai momen terakhir ketika calon pengantin wanita masih berstatus sebagai anak gadis. Oleh karena itu, upacara ini dilakukan dengan penuh kesucian dan kekhusyukan.

Legenda Jaka Tarub

Legenda Jaka Tarub dan Nawang Wulan menjadi dasar dari upacara Midodareni. Kisah ini mengisahkan tentang Jaka Tarub yang berhasil menikahi Nawang Wulan, seorang bidadari. Dari pernikahan mereka, lahirlah seorang putri yang juga akan menikah dan mendapatkan wejangan dari para bidadari pada malam sebelum pernikahannya.

Rangkaian Acara Midodareni

Upacara Midodareni memiliki beberapa rangkaian acara yang harus dilalui oleh calon pengantin wanita. Berikut adalah susunan acara yang biasanya dijalankan:

Jonggolan atau Seserahan

Prosesi pertama adalah jonggolan atau seserahan, di mana rombongan calon pengantin pria tiba di kediaman calon pengantin wanita untuk menyerahkan berbagai barang sebagai bentuk penghormatan dan persiapan pernikahan.

BACA JUGA  Apakah Cocok Pengantin Pria Pakai Sepatu Pantofel di Pernikahan Adat?

Tantingan

Setelah seserahan, dilakukan tantingan, yaitu prosesi di mana calon pengantin pria meminta restu dan jawaban dari keluarga calon pengantin wanita untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

Pingitan

Pada malam Midodareni, calon pengantin wanita tidak diperbolehkan menemui calon pengantin pria dan harus berada dalam pingitan, sebuah masa di mana ia tidak boleh keluar ruangan selama waktu yang telah ditentukan.

Makna dan Tujuan Upacara Midodareni

Upacara Midodareni memiliki makna yang mendalam dan tujuan yang spesifik dalam adat pernikahan Surakarta. Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan makna dan tujuan dari upacara ini:

  • Purifikasi: Upacara ini merupakan simbolisasi dari proses purifikasi calon pengantin wanita, mempersiapkannya secara spiritual untuk memasuki kehidupan baru.
  • Penghormatan: Midodareni juga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan tradisi yang telah diwariskan.
  • Penyampaian Wejangan: Merupakan momen di mana calon pengantin wanita menerima nasihat dan wejangan dari para wanita tua atau leluhur tentang kehidupan berumah tangga.

Kesimpulan

Upacara Midodareni adalah bagian integral dari adat pernikahan Surakarta yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan tradisi. Melalui upacara ini, calon pengantin wanita dipersiapkan untuk memasuki babak baru dalam hidupnya dengan berbagai wejangan dan doa restu dari keluarga dan kerabat. Upacara ini tidak hanya menguatkan ikatan spiritual antara kedua mempelai tetapi juga melestarikan kekayaan budaya Jawa.

Dengan demikian, upacara Midodareni tetap relevan dan dihormati sebagai salah satu prosesi penting dalam pernikahan adat Surakarta, yang menggambarkan keindahan dan kedalaman budaya Jawa.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer