Upacara adat pernikahan di Surabaya, yang dikenal dengan nama Manten Pegon, merupakan tradisi yang kaya akan nilai budaya dan simbolisme. Tradisi ini mencerminkan keberagaman budaya yang ada di Surabaya, meliputi pengaruh budaya Belanda, Jawa, Arab, dan Tionghoa.
Sejarah dan Akulturasi Budaya
Manten Pegon tidak hanya sekedar upacara, tetapi juga representasi dari sejarah panjang akulturasi budaya yang terjadi di Surabaya. Tradisi ini lahir dari perpaduan empat budaya yang berbeda, menciptakan sebuah prosesi pernikahan yang unik dan penuh makna.
Pengaruh Budaya Belanda
Dari Belanda, Manten Pegon mengambil unsur elegan dan formal dalam pakaian pengantin serta tata cara pernikahan yang terorganisir.
Pengaruh Budaya Jawa
Budaya Jawa memberikan nuansa kehangatan dan kekeluargaan, dengan prosesi yang melibatkan banyak anggota keluarga dan ritual yang sarat akan filosofi Jawa.
Pengaruh Budaya Arab dan Tionghoa
Sementara itu, pengaruh Arab terlihat dari penggunaan bahasa dan simbol-simbol Islam dalam upacara, sedangkan Tionghoa memberikan sentuhan warna dan dekorasi yang khas.
Prosesi Upacara Pernikahan
Prosesi upacara pernikahan Manten Pegon terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu pranikah dan nikahan.
Prosesi Pranikah
Pranikah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum akad nikah, yang meliputi:
- Nelisik: Prosesi awal untuk saling mengenal antara kedua keluarga.
- Nepno: Tahap dimana kedua keluarga bertemu dan membicarakan rencana pernikahan.
- Nakokno: Penyerahan seserahan dari pihak pria ke pihak wanita.
Peningsetan
Peningsetan adalah prosesi penyerahan barang-barang yang akan digunakan oleh pengantin wanita, seperti pakaian dan perhiasan.
Malang Mangulan
Malang Mangulan adalah prosesi membawa barang-barang seserahan tersebut ke rumah pengantin wanita.
Langkahan
Langkahan adalah tahap akhir dari pranikah, dimana pengantin pria melangkah menuju rumah pengantin wanita sebagai simbol penerimaan.
Prosesi Nikahan
Nikahan adalah puncak dari upacara pernikahan, yang terdiri dari:
- Ijab Kabul: Prosesi sakral dimana kedua mempelai mengucapkan janji pernikahan.
- Temon: Pertemuan pertama kali sebagai suami istri di depan para tamu undangan.
Simbolisme dan Filosofi
Setiap elemen dalam upacara Manten Pegon memiliki makna dan filosofi yang mendalam.
Pakaian Pengantin
Pakaian pengantin Manten Pegon biasanya sangat detail dan mewah, mencerminkan harapan akan kehidupan yang sejahtera.
Seserahan
Seserahan melambangkan bentuk dukungan dari keluarga pria kepada pengantin wanita untuk memulai kehidupan baru.
Bahasa dan Simbol
Penggunaan bahasa Arab dalam upacara menunjukkan penghormatan terhadap nilai-nilai Islam, sementara dekorasi Tionghoa melambangkan keberuntungan dan kemakmuran.
Kesimpulan
Upacara adat pernikahan di Surabaya, Manten Pegon, adalah warisan budaya yang kaya akan nilai dan tradisi. Prosesi yang dilakukan tidak hanya sekedar ritual, tetapi juga sarana untuk menyatukan dua keluarga dan dua budaya yang berbeda, menciptakan ikatan yang kuat dan harmonis.