Sup Khas Adat Jawa untuk Pernikahan

Ridho Dwi Febriyan

Pernikahan adat Jawa tidak hanya kaya akan ritual dan simbolisme, tetapi juga dalam hal kuliner. Salah satu hidangan yang menjadi ciri khas dan selalu hadir dalam pernikahan adat Jawa adalah sup. Sup ini bukan sekadar hidangan, melainkan sebuah representasi dari kehangatan dan persatuan dua insan dalam ikatan pernikahan.

Sejarah dan Filosofi Sup dalam Adat Jawa

Sup dalam pernikahan adat Jawa lebih dari sekadar sajian. Ia mengandung makna filosofis yang mendalam. Sup manten, sebagai contoh, merupakan hidangan pembuka yang terdiri dari aneka sayuran dan daging ayam yang disajikan dalam kaldu hangat. Sayuran yang beragam melambangkan keberagaman keluarga dan latar belakang kedua mempelai, sementara kaldu ayam melambangkan persatuan yang menyatukan kedua keluarga tersebut.

Komposisi Sup Manten

Bahan-bahan:

  • Wortel
  • Kembang kol
  • Buncis
  • Kentang
  • Daging ayam
  • Makaroni
  • Kaldu ayam

Makna di Balik Bahan

Setiap bahan dalam sup manten memiliki makna tersendiri. Wortel dan kembang kol melambangkan keberagaman dan keindahan, buncis dan kentang melambangkan kekuatan dan ketahanan, daging ayam melambangkan kemakmuran, dan makaroni melambangkan kehidupan yang panjang dan berkelok-kelok seperti pasta itu sendiri.

Penyajian Sup dalam Resepsi Pernikahan

Dalam resepsi pernikahan adat Jawa, penyajian sup memiliki urutan yang khas dan harus diikuti dengan tepat. Ini mencerminkan estimasi dan ketepatan waktu yang sangat dihargai dalam budaya Jawa. Sup biasanya disajikan setelah unjukan (minuman) dan sebelum dhaharan (makan besar), es, dan kundur (pulang).

BACA JUGA  Upacara Adat Pernikahan Banten

Gaya Penyajian USDEK

USDEK, singkatan dari Unjukan, Sup, Dhaharan, Es, dan Kundur, adalah gaya penyajian yang unik dalam pernikahan adat Jawa. Gaya ini menyerupai fine dining, di mana pramusaji akan mengantar hidangan satu per satu kepada tamu yang telah duduk.

Variasi Sup dalam Pernikahan Adat Jawa

Selain sup manten, terdapat variasi lain dari sup yang sering disajikan dalam pernikahan adat Jawa, seperti sup galantin, sup matahari, atau selat solo. Masing-masing memiliki karakteristik dan makna yang berbeda, namun semuanya menggambarkan harapan dan doa untuk pasangan pengantin.

Sup Galantin

Sup galantin biasanya terbuat dari daging giling yang dibentuk bulat dan disajikan dengan kuah kaldu yang gurih. Ini melambangkan keharmonisan dan kelembutan dalam hubungan.

Sup Matahari

Sup matahari, dengan potongan sayuran dan daging yang berwarna-warni, melambangkan keceriaan dan kehangatan seperti matahari yang menyinari bumi.

Selat Solo

Selat Solo adalah sup yang berasal dari Solo, dengan campuran sayuran, daging, dan saus yang khas. Ini melambangkan kekayaan rasa dan keragaman budaya.

Kesimpulan

Sup dalam pernikahan adat Jawa bukan hanya sekedar hidangan, tetapi juga simbol dari harapan, doa, dan filosofi yang mendalam. Dari penyajian yang unik hingga makna di balik setiap bahan, sup ini menjadi bagian integral dari pernikahan adat Jawa yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai budaya.

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment

Ads - Before Footer